KRITIK HANGAT SEORANG MAHASISWA KEPADA PARA PEMIMPIN

Posted by Choky Rabu, 17 Maret 2010, under |



Bila kita mendengar kata “pemimpin” pastinya kita dibawa untuk membayangkan figur seorang laki-laki dewasa yang penuh denga wibawa, bijaksana dan berpengaruh bagi orang banyak.

Saya selalu terpojok ketika teman-teman saya bertanya bagaimana figur pemimpin yang saya idamkan. Jujur saja, saya tidak pernah tahu bagaimana rasanya memimpin, jadi saya begitu sulit untuk membayangkan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Sudahlah pasti akan jauh lebih mudah mengkritik daripada berjuang untuk menjauhi kritik. Tapi bagi saya mengkritik jauh lebih baik daripada berteriak-teriak di depan aparat kepolisian sambil membawa spanduk-spanduk aspirasi.
Ini memang jamannya demokrasi, tapi apakah kita lupa masih ada cara lobi. Ini memang negara hukum, tapi janganlah mempermainkan hukum.

Selama saya menjadi mahasiswa begitu banyak hal yang saya temui. Bukan hal yang saya temui di kampus, tetapi yang saya temui di sepanjang perjalanan menuju kampus. Begitu banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari jalanan. Semua terlihat begitu jelas dan telanjang.

Lalu kapan pemimpin-pemimpin kita bisa belajar dari kenyataan-kenyataan yang telanjang ini?. Bukan dari televisi, surat kabar, maupun informan-informan pribadi mereka.

==================================================

Bagaimana seorang pemimpin bisa merasakan jalanan yang macet apabila ia selalu di kawal aparat keamanan di depan dan di belakang kendaraan dinasnya yang bisa menerobos kemacetan bahkan lampu lalu lintas dengan mudahnya.

Bagaimana seorang pemimpin bisa merasakan jalanan yang berlubang, becek dan gelap apabila ia selalu di arahkan untuk melewati jalanan yang baik, bagus dan sudah dipastikan keamanannya.

Bagaimana seorang pemimpin bisa merasakan kelaparan rakyaknya bila ia selalu makan di atas meja makan yang penuh dengan hidangan yang mewah.

Bagaimana seorang pemimpin bisa merasakan kemiskinan rakyatnya apabila setiap bulannya sudah dapat dipastikan jutaan rupiah gaji masuk ke rekeningnya.

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan "bagaimana" yang ingin saya tanyakan…

Lalu di mana lahan pekerjaan para pemimpin bila ia tidak menyadari itu semua?. Sungguh ironis, namun nyata.
Yang saya tau, “kesalahan terbesar seseorang adalah mengabaikan hal-hal yang terkecil”.

Tak usah kita berangan-angan menjadi negara adidaya yang dikenal dan ditakuti dunia. Paling tidak kita bisa menjadi negara yang bangga memiliki figur pemimpin yang pandai menarik hati rakyatnya.